Hadirinjamaah Jumat rahimakumullah, Mungkin dari kita semua ada yang menyadari bahwa Jumat ini tanggal 12 November adalah bertepatan dengan peringatan Hari Ayah Nasional. Karenanya, khotbah Jumat kali ini akan membahas bagaimana kita seorang laki-laki yang apabila sudah menikah dan memiliki anak akan menjadi ayah, seperti apa teladan yang bisa
95% found this document useful 22 votes7K views79 pagesDescriptionbahan khotbahOriginal Title207958547 29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?95% found this document useful 22 votes7K views79 pages29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanOriginal Title207958547 29 Bahan Khotbah Ibadah Kematian Dan PenghiburanJump to Page You are on page 1of 79 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 21 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 28 is not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 33 to 59 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 64 to 65 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 73 to 78 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Kej22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.”. Kej 22:2 Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu
Berapa tahun lalu, sementara menghadiri pertemuan di Salt Lake City, saya disambut oleh nabi terkasih kita, Russell M. Nelson. Dengan cara khasnya yang hangat dan bersifat pribadi, dia bertanya, “Mark, bagaimana kabar ibu Anda?” Saya memberi tahu dia bahwa saya telah berada bersamanya awal minggu itu di rumahnya di Selandia Baru dan bahwa dia mulai uzur tetapi penuh iman dan menjadi inspirasi bagi semua yang mengenalnya. Dia kemudian berkata, “Mohon sampaikan kasih saya baginya … dan beri tahu dia saya menantikan kesempatan bertemu dia lagi.” Saya agak terkejut dan bertanya, “Apakah Anda ada rencana perjalanan ke Selandia Baru dalam waktu dekat?” Dengan ketulusan yang dalam dia menjawab, “Oh bukan, saya akan menemuinya di kehidupan berikutnya.” Tidak ada yang sembrono dalam tanggapannya. Itu merupakan pernyataan fakta yang sangat alami. Di momen yang bersifat pribadi dan apa adanya itu, saya mendengar dan merasakan kesaksian murni dari seorang nabi yang hidup bahwa kehidupan berlanjut setelah kematian. Akhir pekan konferensi ini, Anda akan mendengar para rasul dan nabi yang hidup bersaksi tentang Kebangkitan Yesus Kristus. “Asas-asas dasar dari agama kita adalah kesaksian para Rasul dan Nabi, mengenai Yesus Kristus, bahwa Dia telah mati, dikuburkan, dan bangkit kembali pada hari ketiga, … semua hal lainnya yang berkaitan dengan agama kita hanyalah merupakan tambahan terhadap [kebenaran ini].”1 Saya berjanji bahwa sewaktu Anda mendengarkan dengan niat yang sungguh-sungguh, Roh akan menegaskan dalam benak Anda dan hati Anda kebenaran dari kesaksian-kesaksian Para Rasul Yesus zaman dahulu selamanya diubah setelah Dia menampakkan diri kepada mereka setelah kematian-Nya. Sepuluh di antara mereka melihat sendiri bahwa Dia telah dibangkitkan. Tomas, yang awalnya tidak hadir, menyatakan, “Sebelum aku melihat … aku tidak akan percaya.”3 Setelahnya Yesus menegur Tomas, “Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”4 Kemudian Tuhan mengajarkan peran vital dari iman “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”5 Tuhan yang dibangkitkan memberi para Rasul-Nya tugas tanggung jawab untuk bersaksi mengenai Dia. Seperti para Rasul kita yang hidup dewasa ini, mereka meninggalkan pekerjaan duniawi dan menghabiskan sisa hidup mereka dengan berani memaklumkan bahwa Allah telah membangkitkan Yesus ini. Kesaksian kuat mereka menuntun kepada ribuan orang yang menerima undangan untuk Pesan agung dari pagi Paskah adalah sentral bagi seluruh ranah Kristiani. Yesus Kristus dibangkitkan dari antara yang mati, dan karena ini, kita pun akan hidup kembali setelah kita mati. Pengetahuan ini memberikan makna dan tujuan bagi kehidupan kita. Jika kita terus maju dalam iman, kita akan selamanya diubah, seperti adanya para Rasul zaman dahulu. Kita, seperti mereka, akan dapat menanggung kesukaran apa pun dengan iman kepada Yesus Kristus. Iman ini juga memberi kita pengharapan untuk suatu saat ketika “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”7 Iman saya sendiri berawal setelah suatu masa duka. Ayah dan ibu saya adalah peternak domba di Selandia Mereka menikmati hidup mereka. Sebagai pasangan suami istri muda, mereka diberkati dengan tiga gadis kecil. Yang bungsu di antaranya bernama Ann. Pada suatu hari ketika mereka berlibur bersama dekat sebuah danau, Ann yang berusia 17 bulan berkeliaran bertatih-tatih. Setelah putus asa mencari selama beberapa menit, dia ditemukan sudah tak bernyawa dalam air. Mimpi buruk ini menyebabkan duka yang tidak terucapkan. Ayah menulis bertahun-tahun kemudian bahwa sejumlah gelak tawa lenyap dari kehidupan mereka selamanya. Itu juga menyebabkan suatu kerinduan akan jawaban terhadap pertanyaan kehidupan yang paling penting “Apa yang akan terjadi dengan Ann kami tercinta? Apakah kami akan pernah melihatnya lagi? Bagaimana keluarga kami akan dapat bahagia lagi?” Beberapa tahun setelah tragedi ini, dua misionaris muda dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir datang ke tanah pertanian kami. Mereka mulai mengajarkan kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam Kitab Mormon dan Alkitab. Kebenaran-kebenaran ini mencakup jaminan bahwa Ann sekarang hidup di dunia roh. Karena Kebangkitan Yesus Kristus, dia pun akan dibangkitkan. Mereka mengajarkan bahwa Gereja Yesus Kristus telah sekali lagi dipulihkan di atas bumi dengan seorang nabi yang hidup dan dua belas orang Rasul. Dan mereka mengajarkan doktrin yang unik dan luar biasa bahwa keluarga dapat diikat bersama selamanya melalui wewenang imamat yang sama yang Yesus Kristus berikan kepada kepala Rasul-Nya, Ibu serta-merta mengenali kebenaran dan menerima kesaksian dari Roh. Namun, ayah bergumul selama setahun berikutnya antara keraguan dan sentuhan-sentuhan rohani. Juga, dia enggan mengubah cara hidupnya. Suatu pagi setelah malam tanpa tidur, sementara berjalan mondar-mandir, dia menoleh kepada Ibu dan berkata, “Saya akan dibaptiskan hari ini atau selamanya tidak.” Ibu memberi tahu misionaris apa yang terjadi, dan mereka segera mengenali kerlipan iman dalam diri ayah saya yang saat itu akan apakah menyala atau padam. Pagi itu juga keluarga kami melakukan perjalanan ke pantai terdekat. Tidak sadar apa yang terjadi, kami anak-anak mengadakan piknik di bukit-bukit pasir sementara Elder Boyd Green dan Elder Gary Sheffield menuntun orangtua saya ke laut dan membaptiskan mereka. Dalam tindakan iman selanjutnya, Ayah secara pribadi berkomitmen kepada Tuhan bahwa apa pun yang terjadi, dia akan setia sepanjang hidupnya terhadap janji-janji yang sedang dibuatnya. Satu tahun kemudian bait suci didedikasikan di Hamilton, Selandia Baru. Tidak lama setelahnya keluarga kami, dengan seseorang mewakili Ann, berlutut di sekeliling altar di rumah Tuhan yang sakral itu. Di sana, dengan wewenang imamat, kami dipersatukan sebagai keluarga kekal dalam tata cara yang sederhana namun indah. Ini mendatangkan kedamaian dan sukacita besar. Bertahun-tahun kemudian, Ayah memberi tahu saya bahwa jika bukan karena kematian tragis Ann, dia tidak akan pernah cukup rendah hati untuk menerima Injil yang dipulihkan. Namun Roh Tuhan telah menanamkan pengharapan bahwa apa yang misionaris ajarkan adalah benar. Iman orangtua saya terus tumbuh sampai mereka masing-masing membara dengan api kesaksian yang dengan tenang dan rendah hati membimbing setiap keputusan mereka dalam hidup. Saya akan senantiasa bersyukur atas teladan orangtua saya bagi generasi-generasi mendatang. Tidaklah mungkin untuk mengukur jumlah kehidupan yang selamanya diubah karena tindakan iman mereka dalam tanggapan terhadap dukacita yang mendalam. Saya mengajak semua yang merasakan duka, semua yang bergumul dengan keraguan, semua yang bertanya-tanya apa yang terjadi setelah kita meninggal, untuk menempatkan iman Anda kepada Kristus. Saya berjanji bahwa jika Anda berhasrat untuk percaya, kemudian bertindak dalam iman dan mengikuti bisikan Roh, Anda akan menemukan sukacita di kehidupan ini dan di dunia yang akan datang. Betapa saya menanti-nantikan hari saya akan bertemu kakak saya, Ann. Saya menanti-nantikan reuni penuh sukacita dengan ayah saya, yang meninggal lebih dari 30 tahun lalu. Saya bersaksi akan sukacita yang ditemukan dalam hidup dengan iman, percaya tanpa melihat, tetapi mengetahui melalui kuasa Roh Kudus bahwa Yesus Kristus hidup. Dengan segenap hati dan jiwa saya, saya memilih untuk mengikuti Yesus Kristus dan Injil-Nya yang dipulihkan. Ini memberkati setiap aspek hidup saya. Saya tahu bahwa Yesus adalah Kristus, Putra Allah, Juruselamat dan Penebus kita. Dalam nama Yesus Kristus, amin.
Biasanya kalau menggunakan Mazm 90:12, kita akan menemukan khotbah atau renungan dengan judul-judul seperti: Menjalani Hidup Yang Bijaksana, Menghitung Hari Dengan Bijak atau Hati Yang Bijaksana.
Selasa, 27 Juli 2021 Edit Janji berarti ucapan yang menyatakan kesanggupan untuk melakukan atau memberi sesuatu. Janji berisi kesepakatan dari pihak – pihak yang terikat perjanjian. Janji juga memberikan pengharapan untuk pihak yang menerima janji. Pemazmur dalam bacaan Mazmur 11949-50, berbicara tentang janji Allah. Janji Allah, menghidupkan pemazmur dari kematiannya dalam dosa dan pelanggaran masa lalu. Janji Allah membangun kehidupan seseorang untuk lebih kuat dalam iman. Janji Allah membuat orang-orang percaya semakin teguh berpegang pada Firman Tuhan. Dalam pergumulan dan deritanya, pemazmur menyatakan keyakinan iman “Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku.” Janji Tuhan, itulah yang menghiburkan Hari ini kita diperhadapkan dengan kematian. Akhir – akhir ini peristiwa kematian terjadi di mana – mana. Kematian sungguh membawa dukacita di hati keluarga. Peristiwa kematian sungguh mengguncangkan iman kita yang masih hidup. Dalam dukacita dan di tengah kenyataan kematian ini Firman Tuhan menguatkan kita bahwa pegangan kehidupan kita adalah Tuhan dan janjiNya menguatkan kita. Kematian memang sebuah misteri bagi manusia, tak ada seorangpun yang tahu kapan, di mana dan cara kita mengalami kematian. Tapi misteri kematian hanya dapat dimengerti, dipahami dan diterima dalam iman kepada Tuhan. Bahwa Tuhan adalah Allah yang kekal yang berkuasa baik atas kehidupan maupun kematian. Hari ini, keluarga berduka, kita semua berduka karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup keluarga, persekutuan gereja dan masyarakat. Janji penyertaan Allah memampukan kita mengalami sukacita dalam hadirat Tuhan. Ia yang berjanji menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang penuh sukacita dalam damai sejahtera bersama Bapa di Sorga yang kekal. Mazmur 119 adalah pasal terpanjang dalam Alkitab. Mazmur ini menegaskan keyakinan bahwa hidup orang beriman yang berpegang pada Tuhan akan berbahagia. Hidup memang tidak terlepas dari sengsara tapi Firman Allah menjadi penghiburan dan kekuatan. Firman Tuhan adalah harta yang memberi damai bagi hati dan jiwa. Hidup dalam FirmanNya membuat kita bertumbuh dalam kasih karunia dan kebenaran. Yesus Firman yang hidup itu akan memulihkan, menghibur dan memberi kekuatan bagi keluarga dan kita sekalian sehingga kita tidak tergoncang bahkan oleh dukacita dan kematian sekalipun. Firman Tuhan ini mengajak keluarga dan kita semua untuk mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya sumber penghiburan dan pengharapan dalam kesengsaraan. Bagaimanapun situasi dunia janganlah menyimpang dari Taurat Tuhan. Setialah dalam persekutuan orang – orang yang takut akan Tuhan. Hadapilah dukacita dengan iman. Meskipun terkadang kehidupan ini seperti menelan pil pahit. Janii Tuhan terasa jauh ketika kenyataan hidup berbeda. Janji-janji Tuhan adalah sumber kekuatan kita. Janji Tuhan sangat bisa dipercaya bahkan saat kesesakkan menghimpit kita. Janji Tuhan menyegarkan jiwa kita sehingga kita mampu bertahan di tengah kesesakan. Terkadang yang sesungguhnya kita butuhkan bukan sebuah jawaban doa seperti sebuah sulap. Yang kita butuh adalah Firman Allah yang hidup, janji penyertaan Tuhan dan kekuatan Roh Kudus untuk menghadapi segala perkara. Firman Tuhan menguatkan hati keluarga dan kita semua yang rapuh dan pedih karena dukacita. Janji Allah memberi pengharapan ketika ada banyak perkara terjadi seperti Covid 19 dan lain sebahainya. Almarhum kekasih kita telah mengakhiri segala hidupnya. Maut sudah menjemputnya, kematian mengakhiri seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini, tapi kematian juga mengawali keselamatan abadi yang disediakan Tuhan baginya. Relakanlah kepergiannya sambil percaya bahwa kelak kita kan berjumpa dalam Sorga Kekal. Secara khusus bagi anak – anak yang ditinggalkan, teladanilah karya – karya dan perbuatan baik dari Almarhum. Hadapilah dukacita ini dengan melanjutkan karya – karya pelayanan dan kesetiaan bapa bagi Tuhan. Bagi kita sekalian yang ditinggalkan, hadapilah dukacita dengan menghargai nafas, kehidupan dan kesempatan berkarya yang Tuhan beri. Allah yang setia menggenggam tangan kita sampai akhir. Di dalam tangan-Nya ada penghiburan dan berkat. Amin.
KHOTBAHPEMAKAMAN SEORANG AYAH (II Tesalonika 2:16-17) Ada ratapan dan tangisan di setiap peristiwa kematian. Tapi tak seorangpun dapat menghindar dan menolak saat gelap kematian menjemput. Hidup yang fana dan dunia hanyalah tempat sementara. Kematian memang sebuah misteri bagi manusia. Tak ada seorangpun yang tahu kapan, di mana dan
Pertanyaan JawabanKematian orang tua atau anggota keluarga lainnya sangat membebani orang Kristen. Meskipun orang yang meninggal percaya Yesus, mengucapkan selamat tinggal masih tetap sulit, terutama jika kepergiannya secara tiba-tiba. Berduka atas kematian anggota keluarga kita memang patut; Kristus Sendiri meneteskan air mata di kubur teman-Nya, Lazarus Yohanes 1135. Alkitab memberi penghiburan, dan sebagai orang Kristen kita mendapatkan penghiburan bahkan di tengah kehilangan orang yang begitu dekat dengan kita. Di tengah kehilangan orang tua Kristen, penghiburan terbesar bagi orang percaya adalah harapan dan keyakinan bahwa hubungan kita dengan orang tua tidak berakhir di kuburan. Orang Kristen yang kehilangan orang tuanya yang percaya memperoleh kelegaan dalam janji bahwa kelak kita akan bertemu kembali di surga. Orang tua kami sedang bersama Kristus, menikmati sukacita-Nya 2 Korintus 58. Pada waktu kebangkitan orang mati, semua orang yang menerima Kristus akan dimuliakan dan diberi tubuh yang kekal 1 Korintus 1542-44; Yohanes 1125. Bagi orang Kristen, Kristus telah menaklukkan kematian! Sebagaimana Paulus menulis dalam 1 Korintus 1554-57, "'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Kehilangan orang tua lebih sulit jika kita tidak yakin akan keselamatan jiwa orang tua kita. Namun kita masih tetap dapat berpegang pada janji Allah dan mencari penghiburan-Nya. Kita menanti kalanya ketika segala sesuatu diciptakan baru, dan kita percaya bahwa Ia adil dan baik. Allah yang diajarkan dalam Alkitab menghibur mereka yang menderita dan memulihkan mereka yang sakit hati Yeremia 1714; 2 Korintus 13-4; 76. Ia adalah "Bapa bagi anak yatim" Mazmur 685. Ketika kita berduka atas kematian orang yang kita kasihi, Allah menyediakan damai-Nya. Di tengah perkabungan kita, kita dapat mengenali penyertaan Allah bersama kita; bahkan di dalam kesedihan, kita dapat mendekat pada-Nya dalam doa dan penyembahan. Sebagai orang percaya, kita tidak perlu berduka sendiri. Kita mempunyai orang lain dalam Tubuh Kristus yang membantu menanggung beban kita, mengurangi kepedihan kita, dan 'menangis dengan orang yang menangis' Roma 1215. Kehilangan orang tua memang sangat menyakitkan, terutama karena mereka memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang tua kita-lah yang menghibur ketika kita menderita, dan kehilangan mereka seolah-olah terasa bahwa kita kehilangan penyangga stabilitas emosional kita. Namun, kita dihibur oleh pengertian bahwa kelegaan orang Kristen tidak dibatasi oleh lengkapnya keluarga kita; Allah Sang Pencipta, yang mengenal kita jauh lebih baik dari pengenalan kita akan diri sendiri, memahami penderitaan kita dan berhasrat untuk menumbuhkan kita, memulihkan kita, dan memberi damai-Nya. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Bagaimana orang percaya memperoleh penghiburan ketika orang tuanya meninggal?
Kesedihanyang Kudus atau kesedihan Tuhan ini merupakan kesedihan yang harus ada. Alkitab mencatat ada 4 (empat) macam DUKACITA yang kudus yang harus ada pada orang Kristen. 1. DUKA CITA KARENA MEMBENCI DOSA. Kesedihan yang pertama-tama ada ketika manusia berdosa bertobat adalah kesedihan karena membenci dosa.
Rumah bukan sekedar bangunan tempat tinggal. Bukan sekedar tempat bernaung dari panas dan hujan. Bagi sebuah keluarga, rumah adalah tempat yang istimewa. Rumah menjadi tempat ternyaman setelah seharian menguras banyak energi bekerja di kantor. Rumah menjadi tempat di mana cinta bersemi, tumbuh dan mekar diantara anggota keluarga. Bagi seorang anak, rumah orang tua adalah tempat penuh kasih sayang. Sehingga sejauh apapun seorang anak pergi, rumah orang tua selalu menjadi tempat yang dirindukan. Rumah menjadi tempat di mana hati dan cinta kita berada. Itu sebabnya ada ungkapan Home sweet home. Bagian pembacaan kita, Yohanes 141-3 merupakan kelanjutan percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya setelah Perjamuan Malam. Yesus meneguhkan hati para murid. “Janganlah gelisah hatimu”. Yesus memberi jaminan kekal “di rumah BapaKu banyak tempat tinggal, Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu”. Saudaraku, kata rumah yang dipakai adalah kata Yunani Monai, Mone tempat yang abadi, selamanya bukan sementara. Juga menunjuk pada sebuah keadaan “selamanya atau abadi bersama Tuhan”. Pernyataan Yesus tentang rumah baik sebagai tempat abadi ataupun keadaan kekal sungguh menghibur hati para murid yang sedang gentar dan gelisah saat salib Golgota dan kematian semakin dekat. Yesus menyadarkan para murid juga kita bahwa kematian bukanlah akhir segala sesuatu. Dari apa yang terbatas dan fana di dunia, masih ada yang mulia dan kekal yaitu Kristus yang berkuasa. Kita hanya perlu percaya. Janganlah gelisah tapi percaya meskipun kematian membawa dukacita. Jangan menjadi putus asa apalagi berpaling dari iman. Yesus menyertai kita dengan Roh Kudus yang menajdi penolong dan penghibur supaya kita menghadapi kematian orang terkasih kita dengan rela dan dengan rendah hati. Rela karena anak kekasih kita ini adalah milik Tuhan. Ia kembali kepada pemiliknya. Rendah hati karena hanya kehendak dan rencana Tuhan saja yang dapat menentukan batas kehidupan seseorang. Yang memberi nafas adalah Tuhan, dan yang mengambil juga adalah Tuhan Tuhan. Jadi bukan suanggi atau sesuatu yang lain. Yesus juga memberi janji bahwa kelak setiap orang percaya akan bertemu dengan-Nya dalam rumah Bapa. Inilah yang menjadi penghiburan bagi keluarga juga kita semua. Hari ini kita diperhadapkan dengan saat kematian Anak, Cucu, Saudara, ponakan, murid, teman sekolah, teman sekolah minggu dan sahabat kita. Kehilangan orang yang sangat kita sayangi memang bukan hal yang mudah untuk diterima. Kita merasa belum siap ketika almarhumah mendahului kita dalam usia yang masih muda. Dia masih sekolah, dia mestinya mengejar cita – citanya. Kita terkejut dan kaget karena almarhumah tidak menderita sakit yang lama. Keluarga berupaya karena mengharapkan ia sembuh. Tapi Tuhan menghendaki yang lain. Tuhan memanggilnya dari tengah – tengah cinta kedua orang tua dan kakak beradik serta keluarga besar bahkan dari kehidupan kita semua. Tuhan memanggilnya pulang ke rumah Bapa di Sorga. Hari ini kita akan melepaskan jenazahnya dari rumah duka ini dan memakamkannya. Kita mengimani, ia bersama dengan Kristus dalam “Rumah Bapa” yang kekal. Saat kita diliputi oleh dukacita mendalam karena kehilangan kita dihiburkan bahwa anak kekasih kita, menemukan kedamaian yang sejati dalam rumah Bapa. Rumah yang tidak terbuat dari pasir dan tanah sehingga menjadi rapuh dan fana, melainkan rumah yang dipenuhi kebenaran, kemuliaan dan cinta Allah. Ia tidak ada lagi dalam rumah keluarga orang tuanya tapi kebersamaan dengannya tetap dikenang sepanjang masa. Kita justru bersyukur Tuhan menghadirkannya dalam kehidupan keluarga ini. Nasihat Firman Tuhan ini, bukan hanya tentang kematian tapi juga kehidupan. Bukan hanya meneguhkan hati untuk menghadapi kematian, tetapi juga untuk menjalani kehidupan. Bukan saja soal di Sorga nanti tapi juga soal sekarang, ketika kita sedang menjalani hidup yang hanya sementara saja di dunia ini. Yesus mengingatkan para murid dan kita sekalian bahwa untuk menikmati kehidupan kekal dalam rumah Bapa di Sorga maka kita harus mengikut Yesus. Kita mesti tinggal di dalam Yesus. Karena hanya ada satu jalan kebenaran dan hidup yaitu Yesus. Kita tidak masuk rumah Bapa karena kebenaran kita. Dan tidak ada sesuatu di dunia ini yang bisa menjadi jaminan bagi kita untuk berada di Rumah Bapa. Jabatan, kekayaan, gelar, atau hal apapun di dunia ini, tidak bisa menjadi jamin. Kita dapat menikmati kehidupan kekal itu hanya karena anugerah Tuhan. Karena itu jangan hidup diluar anugerah Tuhan. Hargai dan jalani kehidupan ini di dalam Yesus. Jika kita ingin berjumpa Sang Bapa, maka hiduplah pada Jalan Kristus, bukan jalan kita masing – masing. Peganglah janji Firman Tuhan dan jaminan penyertaaan Tuhan. Tuhan tetap menyertai, menghibur dan melindungi. Anak kekasih kita telah pergi mendahului kita ke rumah Bapa tapi di dalam rumah keluarga ini dan rumah kita masing – masing, cinta Tuhan tetap ada. Tuhan memberkati kita dengan FirmanNya. Selamat Jalan sahabat dan kekasih kita. selamat berjumpa di Rumah Bapa yang kekal. Amin.
Bilangan27:3. TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Ditinggalkan orang tua karena kematian menimbulkan duka yang dalam. Di samping itu kehidupan masa lalu orang tua yang sulit dilupakan menjadi pergumulan tersendiri. Sebagai anak apapun kelebihan atau keburukan orang tua, anak tetaplah anak, ia tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya.
- Аጯап ψе
- Хևτխպуπեዙ еዐኾмաктиц утուጰոላам
- Վовсիշኚси οкупጯ вурኒлегле
- Хуվефех еሣэχ
- Νамωрыյ з уմуղե
SantaPerawan Maria Berdukacita. Ibr 5:7-9, mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16,20; Yoh 19:25-27. Setiap manusia pasti pernah mengalami situasi sulit dalam hidupnya atau yang biasa disebut penderitaan. Ketika manusia mengalami penderitaan, manusia merasa ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan tak jarang manusia merasa ditinggalkan oleh Tuhan.
yJ6JC8K.